Setelah sukses dengan Single pertamanya “Flattery” yang ramai dibicarakan dan menuai banyak pujian di kalangan musisi dan penikmat musik Indonesia dan telah berhasil menduduki peringkat papan atas chart radio.

Aljabar kembali merilis Single terbarunya yang berjudul “Asa”. Nuansa lagu Single kedua ini memang berbeda jika dibandingkan dengan Single pertama yang cenderung ceria, “Asa” yang menjadi Single kedua ini lebih bernuansa biru dan sendu. Hal ini sengaja Aljabar lakukan untuk memperkaya nuansa musik yang sedang beredar di Indonesia saat ini, dan untuk membuktikan bahwa nuansa lagu sendu tidak selamanya harus dibawakan dengan terlalu galau dan mendayu, dan lagu yang bernuansa semacam ini juga bisa dihadirkan secara berkualitas dan elegan.

Tentu saja Aljabar bukanlah yang pertama menghadirkan karya seperti ini, tetapi Aljabar dengan single keduanya “Asa” ingin memperkuat eksistensi lagu-lagu sendu yang berkualitas.

Seperti Single pertama dimana Aljabar berkolaborasi dengan musisi lain, pada single kedua ini meskipun seluruh lirik dan komposisi lagu diciptakan MG, yang merupakan penulis lagu utama pada formasi Aljabar, pada bagian solo dengan instrument Fender Rhodes piano Aljabar dibantu oleh seorang pengusaha sekaligus musisi jazz berbakat yang telah lama tidak beraktifitas di dunia musik bernama Bagus Pramono. Kontribusi Bagus Pramono di lagu ini telah memperkaya nuansa musik yang Aljabar ciptakan.

“Asa” bercerita tentang kerinduan dan harapan seseorang pada pujaan hatinya, lamunan apabila dia juga memiliki kerinduan dan harapan yang sama “adakah pernah kau sedikit saja berfikir tentang diriku...” “adakah kau bentuk ruang dihatimu, hanya untukku...” Namun ditengah nuansa sendu itu juga terselip sikap yang optimis dan pantang menyerah, suatu pemahaman tentang kemungkinan meraih harapan apabila memang diperjuangkan dengan ketulusan hati “...I will try in every way, and I will never give up...” 

Kombinasi lirik berbahasa Indonesia dan berbahasa Inggris sengaja digunakan untuk meraih pemahaman makna yang paling sesuai, hal ini juga mewakili sikap pandangan musik Aljabar yang cenderung global, dimana batasan-batasan, pengkotakan genre dalam musik, seni, budaya dan bahkan bahasa antar bangsa bukan lagi menjadi kendala bagi sebuah karya untuk dapat dinikmati oleh semua kalangan. 

Categories:

Leave a Reply